“Sementara orang-orang muda bersenang-senang saat beberapa ibu melahirkan bayi mereka Tiga bayi lahir di perusahaan kami pada musim panas itu Sepupu saya, Emily, melahirkan seorang anak laki-laki di Utah, empat puluh mil sebelah utara Great Salt Lake suatu pagi.Tapi keesokan paginya dia melakukan perjalanan pada siang hari saat berhenti dibuat dan anak lain lahir, kali ini Susan Mollmeyer dan memberi bayi itu nama Alice Nevada. “
— Taken from Women’s Diaries of the Westward Journey (by Lillian Schlissel)
– Diambil dari Women’s Diaries of the Westward Journey (oleh Lillian Schlissel)
Follow the typical signs, the hand-painted lines, down prairie roads. Pass the lone church spire. Pass the talking wire from where to who knows? There’s no way to divide the beauty of the sky from the wild western plains. Where a man could drift, in legendary myth, by roaming over spaces. The land was free and the price was right.
Ikuti rambu khas, garis yang dilukis dengan tangan, di jalan padang rumput. Lewat puncak menara gereja sendirian. Lewat kawat bicara dari mana sampai yang tahu? Tidak ada cara untuk membagi keindahan langit dari dataran barat yang liar. Dimana seorang pria bisa melayang, dalam mitos legendaris, dengan berkeliaran di atas ruang angkasa. Tanah itu gratis dan harganya benar.
Dakota on the wall is a white-robed woman, broad yet maidenly. Such power in her hand as she hails the wagon man’s family. I see Indians that crawl through this mural that recalls our history.
Dakota di dinding adalah wanita berjubah putih, luas namun awet muda. Kekuatan seperti itu di tangannya saat ia memanggil keluarga gerobak. Saya melihat orang India yang merangkak melalui mural ini yang mengingatkan sejarah kita.
Who were the homestead wives? Who were the gold rush brides? Does anybody know? Do their works survive their yellow fever lives in the pages they wrote? The land was free, yet it cost their lives.
Siapakah istri wisma? Siapakah pengantin emas? Apakah ada yang tahu? Apakah karya mereka bertahan hidup demam kuning mereka di halaman yang mereka tulis? Tanah itu gratis, namun harganya mahal.
In miner’s lust for gold, a family’s house was bought and sold, piece by piece. A widow staked her claim on a dollar and his name, so painfully. In letters mailed back home her Eastern sisters they would moan as they would read accounts of madness, childbirth, loneliness and grief.
Dalam nafsu penambang emas, rumah keluarga dibeli dan dijual, sepotong demi sepotong. Seorang janda mempertaruhkan klaimnya atas satu dolar dan namanya, sangat menyakitkan. Dalam surat-surat yang dikirim pulang ke rumah, saudari-saudaranya dari Timur akan mengerang karena mereka akan membaca kisah kegilaan, persalinan, kesepian dan kesedihan.