Gunung kecil itu naik (diam-diam)
while other dissolve into a plain
sementara lainnya larut menjadi polos
time redefines itself (irrationally)
waktu mengubah dirinya sendiri (tidak rasional)
and falls in sadness grain by grain…
dan jatuh dalam kesedihan butir demi biji …
“Time heals all the wounds”
“Waktu menyembuhkan semua luka”
The two-tongued echo seems to say
Gema dua lidah tampaknya berkata
but nothing, nothing changes
Tapi tidak ada, tidak ada yang berubah
still pain remains, won't pass away.
Masih sakit tetap, tidak akan berlalu.
I went weak, as I grew old
Aku menjadi lemah, saat aku bertambah tua
and time itself has made me slow
dan waktu itu sendiri telah membuatku lamban
and as I close my hand in darkness
dan saat aku menutup tanganku dalam kegelapan
a thousand seasons come and go…
seribu musim datang dan pergi …
Mighty enought to cover all
Mighty cukup untuk menutupi semua
and also cruel enough to reveal
dan juga cukup kejam untuk diungkapkan
but the wounds and scars I carry
tapi luka dan bekas luka yang kumiliki
neither force nor kiss can heal…
Tidak ada kekuatan atau ciuman yang bisa menyembuhkan …
No, Time heals nothing, nothing, nothing
Tidak, Waktu tidak menyembuhkan apa-apa, tidak ada apa-apa
spitefully turns away and laughts
Dengan sedih berbalik dan tertawa
leaves you half-broken and defiance
membuat Anda setengah patah dan menantang
is only added another scar…
hanya ditambahkan bekas luka lain …
Call it “blind” how I am writhing
Sebut saja “buta” bagaimana saya menggeliat
counting hours, centuries
menghitung jam, berabad-abad
the pain it grows and glows in tides
Rasa sakit itu tumbuh dan bersinar dalam pasang surut
unable to vanish, unwilling to cease…
tidak bisa lenyap, tidak mau berhenti …
No, Time heals nothing, nothing, nothing
Tidak, Waktu tidak menyembuhkan apa-apa, tidak ada apa-apa
pushes 'till we're diping into different flesh
mendorong ‘sampai kita mencelupkan ke dalam daging yang berbeda
time heals nothing, nothing, nothing
Waktu tidak menyembuhkan apa-apa, tidak ada apa-apa
just a polarity of inner flames…
hanya polaritas api dalam …
Time's finger claw, I'm losing hold
Cakar jari waktu, aku kehilangan pegangan
there is no hope for me on earth
tidak ada harapan bagi saya di bumi
Time either still or maybe rushing
Waktu baik masih atau mungkin terburu-buru
in any case it will turn out worse…
dalam hal apapun akan berubah lebih buruk …
Time is fleeting, Time stands still
Waktu berlalu singkat, Waktu masih berdiri
it stops for no-one, and we're trapped within
berhenti untuk tidak ada, dan kita terjebak dalam
thought I may dream of the Light
Kupikir aku mungkin memimpikan Cahaya
I am falling back into the left-hand side…
Aku jatuh kembali ke sisi kiri …
How I wish that I was dead
Betapa aku berharap aku mati
and rest in final peace
dan beristirahat dalam damai akhir
but even the Luxury of Death
tapi bahkan Kemewahan Kematian
can't cure the wounds Time cannot heal…
tidak bisa menyembuhkan luka Waktu tidak bisa sembuh …