Suster-suster di sisi jalan menuangkan waktu mereka dalam ketenangan damai,
Await their place within the ring of calm;
Menunggu tempat mereka dalam lingkaran tenang;
Still stand to turn in seconds of release,
Masih tahan untuk berbelok dalam detik pelepasan,
Await the call they know may never come.
Menunggu panggilan yang mereka tahu mungkin tidak akan pernah datang.
In times of lightness, no intruder dared upon
Pada saat ringan, tidak ada penyusup yang berani
To jeopardize the course, upset the run;
Untuk membahayakan jalannya, membuat kesal;
And all was joy and hands were raised toward the sun
Dan semua adalah sukacita dan tangan diangkat ke arah matahari
As love in the halls of plenty overrun.
Seperti cinta di aula yang banyak diserbu.
Still in their bliss unchallenged mighty feast,
Masih dalam kebahagiaan mereka yang tak tertandingi,
Unending dances shadowed on the day.
Tarian tanpa henti dibayangi pada hari itu.
Within their walls, their daunting formless keep,
Di dinding mereka, keretakan tak berbentuk mereka yang mengerikan,
Preserved their joy and kept their doubts at bay.
Memelihara kegembiraan mereka dan tetap meragukannya.
Faceless legions stood in readiness to weep,
Legiun tak berwajah berdiri dalam kesiapan untuk menangis,
Just turn a coin, bring order to the fray;
Balik saja koin, bawa ke keributan;
And everything is soon no sooner thought than deed,
Dan semuanya tidak lama lagi dipikirkan daripada perbuatan,
But no one seemed to question in anyway.
Tapi sepertinya tidak ada yang mempertanyakannya.
How keen the storied hunter’s eye prevails upon the land
Betapa tajamnya mata pemburu bertingkat di atas tanah
To seek the unsuspecting and the weak;
Mencari yang tidak menaruh curiga dan yang lemah;
And powerless the fabled sat, too smug to lift a hand
Dan tak berdaya duduk dongeng, terlalu sombong untuk mengangkat tangan
Toward the foe that threatened from the deep.
Menuju musuh yang terancam dari dalam.
Who cares to dry the cheeks of those who saddened stand
Siapa yang peduli untuk mengeringkan pipi mereka yang bersedih berdiri
Adrift upon a sea of futile speech?
Terombang-ambing di atas lautan ucapan sia-sia?
And to fall to fate and make the ‘status plan’
Dan jatuh ke takdir dan membuat ‘rencana status’
Where was your word, where did you go?
Dimana kata-katamu, kemana kamu pergi?
Where was your helping, where was your bow? Bow.
Dimana bantuanmu, di mana busurmu? Busur.
Dull is the armour, cold is the day.
Kusam adalah baju besi, dingin adalah hari.
Hard was the journey, dark was the way. Way.
Keras adalah perjalanannya, gelap adalah jalannya. Cara.
I heard the word; I couldn’t stay. Oh.
Aku mendengar kata itu; Aku tidak bisa tinggal. Oh.
I couldn’t stand it another day, another day,
Aku tidak tahan lagi hari ini, hari lain,
Another day, another day.
Hari lain, hari lain.
Touched by the timely coming,
Tersentuh oleh kedatangan tepat waktu,
Roused from the keeper’s sleep,
Terbangun dari tidur penjaga,
Release the grip, throw down the key.
Lepaskan pegangan, lemparkan kunci.
Held now within the knowing,
Diadakan sekarang dalam mengetahui,
Rest now within the peace.
Istirahatlah sekarang dalam kedamaian.
Take of the fruit, but guard the seed.
Ambil buahnya, tapi jaga benihnya.
They had to stay!
Mereka harus tinggal!
Held now within the knowing,
Diadakan sekarang dalam mengetahui,
Rest now within the beat.
Istirahatlah sekarang dalam irama.
Take of the fruit, but guard the seed…
Ambil buahnya, tapi jaga benihnya …