Merefleksikan sejarah, hal-hal di masa lalu yang tidak bisa berubah.
Self-inflicted torture, the everlasting pain of revisited experiences of yesterday.
Siksaan yang ditimbulkan sendiri, rasa sakit yang abadi dari pengalaman yang ditinjau ulang kemarin.
Walking backwards through life ever dwelling on the uncontrollable.
Berjalan mundur melalui kehidupan yang pernah tinggal di tempat yang tak terkendali.
Perception of hope withers to bitter disillusionment.
Persepsi harapan akan mengurangi kekecewaan.
Ahead lies an unbeaten path, a road yet un-traveled, free from the wreckage of the trail behind.
Di depan ada jalan yang tak terkalahkan, jalan yang belum dilalui, terbebas dari reruntuhan jalan setapak.
A choice at hand, freedom or chains?
Pilihan di tangan, kebebasan atau rantai?
Embrace the hope of a new day.
Rangkullah harapan hari baru.
Cast off the shackles of haunted memories.
Lepaskan belenggu kenangan angker.
Embrace the Beauty of healing love and redemption.
Rangkullah Kecantikan penyembuhan dan penebusan.
Embrace a new beginning.
Rangkullah awal yang baru.
Leave behind all fear and trembling.
Tinggalkan semua ketakutan dan gemetar.
Embrace the glory that overshadows remembrance-borne misery.
Rangkullah kemuliaan yang membayangi penderitaan yang ditimbulkan oleh ingatan.
Memories that once tore the soul apart, sealed away in a whitewashed history.
Kenangan yang pernah merobek jiwanya, disegel dalam sejarah bercat putih.
No longer strangled by a hopeless outlook.
Tidak lagi dicekik oleh pandangan putus asa.
Embrace the beauty of a new beginning.
Rangkullah keindahan awal yang baru.
Embrace the gift of grace and mercy.
Rangkullah anugerah kasih karunia dan rahmat.