Malam penganiayaan tanpa akhir.
Reopening wounds – never healed.
Membuka kembali luka – tidak pernah sembuh.
Always willing to suppress our attempts to be free.
Selalu mau menekan usaha kita untuk bebas.
Violence is always a tool in so called democraty.
Kekerasan selalu menjadi alat yang disebut demokrat.
Agents of the state allowed to spread terror,
Agen negara diizinkan menyebarkan teror,
seeking to eliminate sparks of political resistance.
berusaha menghilangkan percikan perlawanan politik.
Endless nights of violation.
Malam tanpa akhir pelanggaran
Breeding fear – anguished cries.
Pembiakan takut – menangis tersesat.
A blood oath to never surrender.
Sumpah darah untuk tidak pernah menyerah.
Committed to the struggle.
Berkomitmen untuk perjuangan.
Until all fences are burned.
Sampai semua pagar dibakar.
You’ll try the taste of pain
Anda akan mencoba rasa sakit
we endure every day.
kita bertahan setiap hari
To quit without resisting would be to live in vain.
Menghentikan tanpa menahan diri adalah hidup dengan sia-sia.
Attentive eyes guard the tents in the twilight.
Mata waswas menjaga tenda di senja hari.
Women and men ready to counterattack.
Wanita dan pria siap untuk melakukan serangan balasan.
Full moon shines…
Bulan purnama bersinar …
The enemy crawls in the dead of night.
Musuh merayap di tengah malam.
No way back…
Tidak ada jalan kembali…
The masked cops take their final step.
Polisi bertopeng mengambil langkah terakhir mereka.
You’re trapped.
Kamu terjebak
Surrounded by the mass.
Dikelilingi oleh massa.
Laws are ignored.
Hukum diabaikan.
Justice from bleeding hands.
Keadilan dari pendarahan tangan.