Perahu di atas bukit, tidak akan pernah ke laut.
Anchored to a fixer upper’s dream.
Berlabuh pada mimpi fixer atas.
This boat is beat, never going to be a boat now.
Perahu ini dikalahkan, tidak akan pernah menjadi kapal sekarang.
Thirsty, sees the sea from high on ice plant.
Haus, melihat laut dari tanaman es tinggi.
He keeps patching it and painting.
Dia terus menambal dan melukis.
Thinking about his pension plan.
Berpikir tentang rencana pensiunnya.
But the boat is out to pasture.
Tapi perahu itu menuju padang rumput.
Seems it never had a chance.
Sepertinya tidak pernah ada kesempatan.
I wanna be a boat. I wanna learn to swim
Aku ingin jadi kapal. Saya ingin belajar berenang
Then I’ll learn to float. Then begin again.
Lalu aku akan belajar mengapung. Kemudian mulai lagi.
Boat remembers the carpenter’s sure hand.
Perahu mengingat tangan tukang kayu dengan pasti.
Missing fishy flutter on it’s rudder.
Hilang mencurigakan di kemudi itu.
Sold at an auction, on a dolly ever since.
Terjual di lelang, pada dolly sejak itu.
Sometimes rainy days bring boyish wonder.
Terkadang hari hujan membawa heran anak laki-laki.