-Verse 1-
October wind, chills his skin,
Angin Oktober, menggigil kulitnya,
He walks home alone.
Dia berjalan sendirian di rumah.
A tiny house, a loving wife,
Sebuah rumah mungil, istri yang penuh kasih,
hands worked to the bone.
Tangan bekerja ke tulang.
But he don't mind his humble life,
Tapi dia tidak keberatan dengan kehidupannya yang sederhana,
In this Rundown Town.
Di Kota Rundown ini.
To be a Sun,
Untuk menjadi seorang Sun,
A ray of one,
Sebuah sinar dari satu,
Like he's always done.
Seperti dia selalu lakukan.
-Chorus-
-Paduan suara-
And it's alright…
Dan tidak apa-apa …
To be there where he's always been.
Untuk berada di tempat di mana dia selalu berada.
He'll live to light,
Dia akan hidup sampai terang,
This dark town he's in.
Kota gelap tempat dia tinggal.
-Verse 2-
-Verse 2-
The clock strikes old,
Jam pemogokan tua,
on his achy bones,
pada tulangnya yang sakit,
His final setting sun.
Matahari terbenamnya yang terakhir.
And so he rests on an unfamiliar bed,
Jadi dia bertumpu pada tempat tidur yang tidak biasa,
And smiles to the Lord, his love.
Dan tersenyum kepada Tuhan, cintanya.
-Chorus-
-Paduan suara-
And it's alright…
Dan tidak apa-apa …
To be there where he's always been.
Untuk berada di tempat di mana dia selalu berada.
He lived to light,
Dia hidup sampai terang,
This dark town of sin.
Kota dosa yang gelap ini.
-Interlude-
-Selingan-
And so he leaves, and he breathes,
Maka dia pergi, dan dia bernafas,
A soul so full of his crown…
Jiwa yang begitu penuh dengan mahkotanya …
A life that was spent, in being content
Kehidupan yang dihabiskan, untuk menjadi konten
In the midst of a
Di tengah a
Rundown Town…
Rundown Town …
-End-
-Akhir-
A life that was spent,
Kehidupan yang dihabiskan,
in being content in a
dalam menjadi konten dalam a
in a rundwon town.
di kota rundwon