Abad senja sangat dekat
I stand on the Icebers` tip and looking out I recollect
Aku berdiri di ujung Icebers dan melihat ke luar aku ingat
The things that passed the ways we close to last among the other
Hal-hal yang melewati cara kita mendekati yang terakhir diantara yang lain
I see them all-yes I see them all behind
Saya melihat mereka semua-ya saya melihat mereka semua di belakang
We left them there- there in futile wars
Kami meninggalkan mereka di sana-di sana dalam perang yang sia-sia
When this was the written riddle
Saat ini adalah teka-teki tertulis
“Who Is The Perfect Enemy?”
“Siapa Musuh Sempurna?”
The first weapon that I held was a bone from a dead beast
Senjata pertama yang saya pegang adalah tulang dari seekor binatang mati
So many more have come and gone, so easy to left`em all behind
Begitu banyak lagi yang datang dan pergi, begitu mudah ditinggalkan
There were times when I was crimson bathed with their blood
Ada kalanya aku merah tua dengan darah mereka
But if it wasn`t for the week I wouldn`t be here now
Tapi kalau bukan minggu ini aku tidak akan berada di sini sekarang
We left them there in wars of Arrogans
Kami meninggalkan mereka di sana dalam perang Arrogans
When we wrote the riddle
Saat kita menulis teka-teki itu
“Who is the Perfect Enemy?”
“Siapakah Musuh Sempurna itu?”
As I first traveled the land, then I waded the water
Ketika saya pertama kali melakukan perjalanan darat, maka saya mengarungi air
Then I ripped the sky with the stars as my guide
Lalu saya merobek langit dengan bintang sebagai pemandu saya
But I flew high I touched the sky
Tapi aku terbang tinggi aku menyentuh langit
I touched the stars and left my marks behind
Aku menyentuh bintang-bintang dan meninggalkan bekasku
I`ve seen life beyond imagination, lifeful beings
Saya telah melihat kehidupan di luar imajinasi, makhluk hidup
And I kill them all
Dan aku membunuh mereka semua
I stepped on them, in the wars of Acquisition
Saya menginjak mereka, dalam perang Akuisisi
When I spoke the riddle “Who Is The Perfect Enemy?”
Ketika saya berbicara tentang teka-teki “Siapakah Musuh Sempurna?”
There`s no one else left around
Tidak ada orang lain yang tertinggal
No one can see how I rot in Grief
Tidak ada yang bisa melihat bagaimana saya membusuk dalam Duka
I stand alone now admiring my work but my sense has turned against me
Saya berdiri sendiri sekarang mengagumi pekerjaan saya tapi perasaan saya telah berbalik melawan saya
I lived a condemned life of lies
Saya menjalani hidup dengan mengutuk kebohongan
To learn about the truth but never to live in
Untuk belajar tentang kebenaran tapi tidak pernah tinggal di dalamnya
And I asked myself “Who Is The Perfect Enemy?”
Dan saya bertanya pada diri sendiri “Siapakah Musuh Sempurna?”
Who else-who else but the:
Siapa lagi-siapa lagi selain:
Who else but the Enemy Within
Siapa lagi tapi Musuh dalam