Ada saatnya, ada sebuah tempat,
it seems familiar now, but not the face.
Sepertinya sudah familiar sekarang, tapi bukan wajah.
The eyes are mean, without a soul,
Mata itu berarti, tanpa jiwa,
I find myself looking up from a down a hole.
Aku mendapati diriku mendongak dari sebuah lubang.
Reason skips me, see through eyes of red,
Alasan melompati saya, melihat melalui mata merah,
pumpin' my heart, pounding my head.
Pompa hatiku, menumbuk kepalaku.
My senses are shell-shocked, hanging in a net,
Indra saya terguncang, tergantung di jaring,
I guess I walked straight into a fist of regret,
Kurasa aku langsung menepuk kepalan tangan,
.. regret, regret ..
.. menyesal, menyesal ..
.. I walked into a fist of regret.
.. aku berjalan ke tangan penyesalan.
The agony, the esctasy,
Penderitaan, eskalasi,
I feel I've had it all.
Aku merasa sudah memiliki semuanya.
But now I'm standing tall,
Tapi sekarang aku berdiri tegak,
gotta' keep on goin'.
harus ‘terus pergi’.
Else I won't see tomorrow.
Lain aku tidak akan melihat besok.
I guess I'll have to keep my bruises,
Kurasa aku harus terus memar,
and be known as the one who loses.
dan dikenal sebagai orang yang kalah.
Stopped in my tracks, the anchors on,
Berhenti di lintasan saya, jangkar di,
all my motivation gone.
semua motivasi saya hilang
Pick it up, lay it down,
Angkat, letakkan di bawah,
an' promise that I'll be a 'good' hound.
sebuah ‘janji bahwa saya akan menjadi’ baik ‘anjing.
We gotta' keep on goin',
Kita harus ‘terus pergi’
else we won't see no tomorrow.
Kalau tidak kita tidak akan melihat hari esok.
My memory's still intact,
Ingatanku masih utuh,
just my sould that's been ransacked.
hanya milikku yang telah digeledah.