Setengah jalan melewati gandum, musuh emasku
With his itching ears in the scorching heat.
Dengan telinga gatal di panas terik.
The weight of summer, torment to my hands
Berat musim panas, siksaan ke tanganku
Armed with a sickle I am out for his beguiling glance.
Berbekal sabit aku keluar untuk meliriknya yang menyedihkan.
Thought I heared a mare neighing from the creek
Kupikir aku mendengar seekor kuda betina meringkik dari sungai kecil
Where in every hour spared we anxiously would meet.
Dimana dalam setiap jam terhindar, kita dengan cemas akan bertemu.
Drunken whispers noone could hear
Bisikan bisikan tak ada yang bisa mendengarnya
'til the day when hordes of wasps
Sampai hari ketika gerombolan tawon
Poisoned every hour so passed.
Keracunan setiap jam berlalu begitu saja.
She was faint as I when she spoke to me.
Dia pingsan seperti saat aku berbicara denganku.
Reluctantly. Words came through
Enggan. Kata-kata muncul
Words of leaving here and leaving me.
Kata-kata meninggalkan di sini dan meninggalkan saya.
And her eyes grew bigger then
Dan matanya semakin besar saat itu
Bound in moonlit glittering.
Terikat di bawah sinar bulan yang berkilauan.
She Leaned to me and whispered tears into my ear.
Dia Miring padaku dan membisikkan air mata ke telingaku.
Well, I went to see the creek again
Nah, saya pergi untuk melihat sungai kecil lagi
And many a day I'd stand at its shoreline wondering
Dan setiap hari aku berdiri di garis pantai sambil bertanya-tanya
If it might be heading north
Jika mungkin menuju ke utara
Through the timber, passed the lake and our chalet
Melalui kayu, melewati danau dan pondok kami
should have gone with her, should have gone with me.
Seharusnya dia pergi bersamanya, seharusnya pergi bersamaku.
But I stayed when she begged me
Tapi aku tetap tinggal saat dia memohon pada saya
to come with her, never to separate, never to be alone.
untuk ikut bersamanya, jangan pernah berpisah, jangan pernah sendiri.
And lept silent when I should have sung the song of heart
Dan lept diam saat seharusnya aku menyanyikan lagu hati
And remained loyal to the thief.
Dan tetap setia kepada si pencuri.
There is a road that I must travel
Ada jalan yang harus saya tempuh
May it be paved or unseen
Semoga bisa diaspal atau tak terlihat
May I be hindered by a thousand stones
Mungkin saya terhalang oleh seribu batu
Still onward I'd crawl down on my knees
Masih terus sampai aku merangkak berlutut
At sudden swallows took upon the scene
Dengan tiba-tiba burung layang-layang mengambil alih tempat kejadian
Heralding what I could not have foreseen
Heralding apa yang saya tidak bisa meramalkan
a threat of rain on the dark horizon
Ancaman hujan di cakrawala gelap
A strong foreboding of a storm arising.
Ancaman badai yang kuat muncul.
And willows'd roar, midges dazzled
Dan willows’d mengaum, midges terpesona
birches sigh from painful lessons
birches mendesah dari pelajaran yang menyakitkan
lessons they'd learned in life
pelajaran yang mereka pelajari dalam hidup
that every stem breaks if bent too far.
bahwa setiap batang pecah jika ditekuk terlalu jauh.
Will I run for a shelter and quiver ?
Akankah saya mencalonkan diri untuk tempat berlindung dan bergetar?
Will I run away, be idle and shiver ?
Apakah saya akan melarikan diri, menganggur dan menggigil?
And thunders pound so hard, pound the drums of warfare
Dan guntur mengeras begitu keras, menumbuk drum peperangan
Hungry clouds draw closer with reptile teeth as lightning
Awan yang kelam semakin dekat dengan gigi reptil sebagai petir
Is it the fear of the inevitable that is keeping me awaiting?
Apakah itu ketakutan akan hal yang tak terelakkan yang membuat saya menunggu?
I am rigid as of reverence, still and enduring.
Saya kaku karena penghormatan, tetap dan abadi.
I must have seen it coming.
Aku pasti sudah melihatnya.
Oh my longing's neverending. Time's so pale
Oh kerinduanku tak ada bandingannya. Waktu sangat pucat
So come with colors, paint it burning red
Jadi datanglah dengan warna, cat itu merah menyala
I f
Saya f