Limbah jauh ke apa-apa ‘di sebuah makam berdebu gelap
lookin’ for the traces of what used to be a room
mencari jejak dari apa yang dulu menjadi sebuah ruangan
wipe away the blood from a tormented brow
menghapus darah dari alis yang tersiksa
solve the wicked problem never asking how
memecahkan masalah jahat tidak pernah bertanya bagaimana
Rock the sinking vessel till it rests on the bottom
Rock kapal tenggelam sampai itu terletak di bagian bawah
count the waves of water don’t remember forgot them
hitung ombak air tidak ingat lupa mereka
taste the stench of livin’ on thin dimes and a dream
Rasakan bau busuk hidup di irisan tipis dan mimpi
opening an ear to a painful silent scream
membuka telinga dengan jeritan diam yang menyakitkan
Oh life is bad
Oh hidup itu buruk
Oh no, worst I ever had
Oh tidak, terburuk yang pernah saya miliki
Ache and writhe in agony like a vise on aging bones
Sakitkan dan gerakkan dalam penderitaan seperti jejak pada tulang yang menua
tar and acid drip from an ice cram cone
tar dan asam menetes dari kerucut es kerang
holding onto a wind that chases the hell
memegang angin yang mengejar neraka
fallin’ in the darkness of an inner descending well
jatuh dalam kegelapan dari sumur dalam yang menurun
Caress transparent night as a demon with a sword
Caress transparan malam sebagai iblis dengan pedang
speak with an eloquence never saying a word
Berbicaralah dengan sebuah kefasihan yang tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun
look into the clarity then erase it with the muck
lihat ke dalam kejelasan lalu hapus dengan kotorannya
lying in a pool of conciousness no such thing as luck
berbaring di kolam kesadaran tidak ada yang namanya keberuntungan
To being a beginner, to inventing the end
Menjadi seorang pemula, untuk menemukan akhir
to livin’ with a strangler never a friend
untuk hidup dengan mencekik tidak pernah menjadi teman
saddle slobbering beast trouble is abound
Masalah saddle slobbering beast berlimpah
ride the devil’s bronco never hit the ground
Naik bronco iblis tidak pernah menyentuh tanah