Dari selatan yang cerah sampai perang, saya dikirim,
E'er the days of my boyhood, I scarcely had spent.
Pada hari-hari masa kecilku, aku hampir tidak pernah menghabiskannya.
From it's cool shady forests and deep flowing streams,
Dari hutan teduh yang sejuk dan aliran sungai yang dalam,
Ever fond in my mem'ry and sweet in my dreams.
Pernah suka mem’ry dan manis dalam mimpiku.
Oh, my dear little sister, I still see her tears.
Oh, adik kecilku tersayang, aku masih melihat air matanya.
When I had to leave home in our tender years.
Ketika saya harus meninggalkan rumah di tahun-tahun kami yang lembut.
And my sweet gentle mother, so dear to my heart,
Dan ibuku yang manis lembut, sangat sayang di hatiku,
It grieved me sincerely when we had to part.
Ini membuatku sedih saat harus berpisah.
Said my kind-hearted father as he took my hand:
Kata ayahku yang baik hati saat memegang tanganku:
“As you go in defence of our dear native land,
“Saat Anda mempertahankan tanah asli kita,
“Son, be brave but show mercy whenever you can.
“Nak, jadilah berani tapi tunjukkan belas kasihan kapan pun Anda bisa.
“Our hearts will be with you, 'til you 'turn again.”
“Hati kita akan bersamamu, sampai kamu kembali lagi.”
In my bag there's a bible to show me the way,
Di dalam tas saya ada sebuah Alkitab yang menunjukkan jalannya,
Through my twelfth year on earth and to Heaven some day.
Melalui tahun keduabelas saya di bumi dan ke Surga suatu hari nanti.
I will shoulder my musket and brandish my sword,
Aku akan memeluk senapanku dan mengacungkan pedangku,
In defence of this land and the word of the Lord.
Untuk membela negeri ini dan firman Tuhan.