Arti Lirik Procol Harum - In The Wee Small Hours Of Six Pence

In the wee small hours of sixpence
Pada jam-jam kecil enampence
and the lighted chandelier
dan lampu gantung yang terang
stands a rusty old retainer
berdiri seorang punggawa tua berkarat
whose old eyes are filled with tears
Mata matanya yang tua dipenuhi air mata
for his master, Good Sir Galant,
Bagi tuannya, Sir Sir,
who is now off to the wars
yang sekarang pergi ke perang
And although his eyes are crying
Dan meski matanya menangis
we know grief is not the cause
kita tahu duka cita bukan penyebabnya
And if grief is not the reason
Dan jika duka cita bukan alasannya
he must be of sterner stuff
Dia pasti lebih tegas
and his sword though old and rusty
dan pedangnya sudah tua dan berkarat
must be blunt as sharp enough
Harus tumpul seperti cukup tajam


In the wee small hours of sixpence
Pada jam-jam kecil enampence
and the broken window pane
dan jendela kaca yang pecah
stand the remnants of the evening
tahan sisa-sisa malam
who are waiting all in vain
siapa yang menunggu semuanya dengan sia-sia
for the crowing of the cockerel
untuk berkokok ayam jantan
showing morning is not night
menunjukkan pagi bukan malam
But the air is filled with silence
Tapi udara dipenuhi keheningan
and the daylight is not bright
dan siang hari tidak cerah
But still darkness is no reason
Tapi kegelapan masih ada alasannya
We are men of sterner stuff
Kami adalah orang-orang yang lebih tegas
and our swords though old and rusty
dan pedang kita sudah tua dan berkarat
still are blunt as sharp enough.
Masih tumpul cukup tajam.


In the wee small hours of sixpence
Pada jam-jam kecil enampence
and the hat-stand in the hall
dan topi-berdiri di aula
waiting only for the morning
menunggu hanya untuk pagi hari
shadows flitting ‘cross the wall
bayang-bayang melayang ‘melintasi dinding
And perhaps that old retainer
Dan mungkin punggawa tua itu
Whom now giving of his all
Siapa yang sekarang memberikan semua nya
may have once been just as we are
mungkin pernah sama seperti kita
and now has no face at all.
dan sekarang tidak memiliki wajah sama sekali.
But still grief was not the reason
Tapi tetap saja duka cita bukan alasannya
he was made of sterner stuff
Dia terbuat dari barang yang lebih keras
and his sword though old and rusty
dan pedangnya sudah tua dan berkarat
still was blunt as sharp enough.
Masih tumpul seperti cukup tajam.